Bicara Ancol dan pantai wisata rakyat tak akan lengkap tanpa menyebut peran Presiden Soekarno. Soekarno punya mimpi rakyat Indonesia bisa berwisata ke pantai yang indah. Menikmati deburan ombak sambil berteduh di pohon nyiur yang melambai.
Soekarno terinspirasi pemandangan di Hawaii, Amerika Serikat, yang ketika itu baru dikunjunginya. Dia ingin rakyat bisa berwisata ke pantai yang indah dengan biaya murah.
Maka Soekarno pun membuat Surat Keputusan Presiden untuk mengubah Ancol yang saat itu masih berupa hutan dan rawa menjadi kawasan wisata terpadu.
Tahun 1962, ide itu dianggap sulit terwujud. Tak ada dana, atau sumber daya manusia. Tapi Soekarno yakin, dengan kerja keras dan kemauan, tak ada yang mustahil. Dia pun berpesan pada gubernur DKI Jakarta kala itu Soemarno.
"Marno, sebagai pemimpin kamu harus mampu berpikir tentang apa yang bisa kamu perbuat untuk rakyatmu lima puluh tahun mendatang. Kamu harus mampu membayangkan apa yang dibutuhkan oleh rakyatmu, rakyat Jakarta. Bukan untuk satu atau dua tahun ke depan, tapi lima puluh tahun, seratus tahun ke depan."
"Bagaimana kamu bisa memberikan tempat yang bisa membahagiakan rakyat Jakarta agar penduduknya menikmati hawa segar laut, bisa melihat cerianya anak-anak bermain di pantai, ditingkahi deburan ombak dan tiupan angin yang semilir," kata Soekarno seperti dikutip dalam buku 'Jejak Soekardjo Hardjosoewirjo di Taman Impian Jaya Ancol' yang ditulis Sugianto Sastrosoemarto dan Budiono dan diterbitkan Kompas.
Tak ada biaya di APBN maupun APBD untuk membangun Ancol. Maka pemerintah mencari kontraktor dari luar negeri yang bisa diutangi. Terpilihlah kontraktor dari Prancis, Compagnic Industriale de Travaux.
Pekerjaan paling berat adalah menimbun rawa dan empang dengan pasir dan lumpur yang disedot dari dasar laut. 552 hektare daratan harus ditimbun dengan 12,5 juta kubik pasir. Lama pekerjaannya 42 bulan.
25 Teknisi dari Prancis dan alat-alat berat khusus didatangkan dari luar negeri. Mereka harus berhadapan dengan ular dan beratnya medan berlumpur. Ketika untuk pertama kali Soekarno meninjau, kawasan Ancol masih awut-awutan.
Saat terjadi peristiwa G30S tahun 1965, pembangunan Ancol sempat terhenti. Untunglah Gubernur legendaris Jakarta Ali Sadikin punya inisiatif menggandeng PT Pembangunan Jaya sebagai mitra kerja. Perusahaan tersebut didirikan Pemda DKI dengan para pengusaha, di antaranya taipan properti Ir Ciputra.
Megaproyek Ancol pun berlanjut. Sampai sekarang pembangunan dan aneka inovasi terus dikerjakan. Soekarno pun mungkin akan tersenyum melihat impiannya berdiri megah di Pantai Utara Jakarta.
SUmber : Merdeka
foto : merdeka.com |
Soekarno terinspirasi pemandangan di Hawaii, Amerika Serikat, yang ketika itu baru dikunjunginya. Dia ingin rakyat bisa berwisata ke pantai yang indah dengan biaya murah.
Maka Soekarno pun membuat Surat Keputusan Presiden untuk mengubah Ancol yang saat itu masih berupa hutan dan rawa menjadi kawasan wisata terpadu.
Tahun 1962, ide itu dianggap sulit terwujud. Tak ada dana, atau sumber daya manusia. Tapi Soekarno yakin, dengan kerja keras dan kemauan, tak ada yang mustahil. Dia pun berpesan pada gubernur DKI Jakarta kala itu Soemarno.
"Marno, sebagai pemimpin kamu harus mampu berpikir tentang apa yang bisa kamu perbuat untuk rakyatmu lima puluh tahun mendatang. Kamu harus mampu membayangkan apa yang dibutuhkan oleh rakyatmu, rakyat Jakarta. Bukan untuk satu atau dua tahun ke depan, tapi lima puluh tahun, seratus tahun ke depan."
"Bagaimana kamu bisa memberikan tempat yang bisa membahagiakan rakyat Jakarta agar penduduknya menikmati hawa segar laut, bisa melihat cerianya anak-anak bermain di pantai, ditingkahi deburan ombak dan tiupan angin yang semilir," kata Soekarno seperti dikutip dalam buku 'Jejak Soekardjo Hardjosoewirjo di Taman Impian Jaya Ancol' yang ditulis Sugianto Sastrosoemarto dan Budiono dan diterbitkan Kompas.
Tak ada biaya di APBN maupun APBD untuk membangun Ancol. Maka pemerintah mencari kontraktor dari luar negeri yang bisa diutangi. Terpilihlah kontraktor dari Prancis, Compagnic Industriale de Travaux.
Pekerjaan paling berat adalah menimbun rawa dan empang dengan pasir dan lumpur yang disedot dari dasar laut. 552 hektare daratan harus ditimbun dengan 12,5 juta kubik pasir. Lama pekerjaannya 42 bulan.
25 Teknisi dari Prancis dan alat-alat berat khusus didatangkan dari luar negeri. Mereka harus berhadapan dengan ular dan beratnya medan berlumpur. Ketika untuk pertama kali Soekarno meninjau, kawasan Ancol masih awut-awutan.
Saat terjadi peristiwa G30S tahun 1965, pembangunan Ancol sempat terhenti. Untunglah Gubernur legendaris Jakarta Ali Sadikin punya inisiatif menggandeng PT Pembangunan Jaya sebagai mitra kerja. Perusahaan tersebut didirikan Pemda DKI dengan para pengusaha, di antaranya taipan properti Ir Ciputra.
Megaproyek Ancol pun berlanjut. Sampai sekarang pembangunan dan aneka inovasi terus dikerjakan. Soekarno pun mungkin akan tersenyum melihat impiannya berdiri megah di Pantai Utara Jakarta.
SUmber : Merdeka
Mimpi Soekarno membuat Ancol seperti Hawaii
Reviewed by Unknown
on
8:24 PM
Rating:
No comments: